Reviewindonesia.id, Tulang Bawang Barat – Tabroni Kepala Tiyuh (Desa) Kibang Budi Jaya, Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) beserta Isterinya akhirnya berurusan dengan pihak kepolisian.
Kedua sejoli ini dilaporkan warganya ke Polres Tubaba dengan tuduhan penganiayaan dengan cara memukul seorang perempuan bernama Kiki Septi (K), saat mendampingi orang tuanya memenuhi panggilan Tabroni ke kediaman terlapor.
Saat memberikan klarifikasi kepada media yang rilisnya diterima wartawan dari Sekretaris PWI Kabupaten Tubaba bahwa, Tabroni membantah adanya penganiayaan meskipun ia (terlapor) mengakui ada peristiwa cheos di ruang tamu kediamannya akibat warga (pelapor dan saksi) dipanggil ke kediamannya guna mengurus administrasi tiyuh pada Jum’at (31/12/2021) sekitar pukul 20.00 Wib.
Tabroni mengatakan bahwa, dirinya menuding jika Khairul Anam (Ayah korban) menguasai tanah Fasilitas Umum didepan Mapolsek Lambu Kibang yang telah bersertifikat atas nama Takim yang dibeli oleh orang tua korban.
“Saya manggil beliau (pak Anam) ke rumah sehubungan dia beberapa tahun yang lalu pernah mengklaim tanah pasar fasilitas umum,”kata Tabroni mengalihkan alibinya pada Senin (3/1/2022) di Balai Tiyuh Kibang Budi Jaya.
“Sampai ketiga kali ini (Khairul Anam dipanggil), dia hadir, dan terakhir ini saya bilang, pak Anam, tanah itu kok sampai didirikan bangunan, sudah izin dengan siapa, pada saat itu pak Anam kan minta mohon rekomendasi surat, karena itu pasar umum tidak bisa,”kelitnya.
“Kok itu bisa didirikan bangunan, izin dengan siapa, dan selama ini kecewanya dengan saya apa, dan dia bilang tidak ada kecewanya sama pak kepala,”sambung Tabroni.
Tabroni kembali membalikkan fakta bahwa tanah yang dimiliki oleh Khairul Anam tersebut adalah tanah Fasilitas Umum dan tujuannya memanggil Khairul Anam dengan alasan sejak beberapa bulan lalu ia mulai menertibkan aset desa maupun aset pemerintah lainnya.
Tabroni berdalih, tidak lama kemudian anak Khairul Anam (Kiki/Korban) memukul meja ruang tamu miliknya sambil berkata.”Apa urusan desa, tanah itu dapat saya beli,”ucap Tabroni.
Tabroni kembali beralibi bahwa ia hendak menjelaskan dihadapan K .”Ini klarifikasi pada bapakmu, kenapa kamu tidak sopan begitu” kata Tabroni yang melanjutkan dengan pengakuannya bahwa Kiki membalas dengan perkataan “Kalian pemeras, penindas, saya tidak takut lurah,” ujarnya.
Oknum Kepalo Tiyuh ini masuk ke sesi pembelaannya terhadap istrinya Kristin. Yang menurut dia, istrinya menuju ruang tamu sambil berkata “Ada apa, ini rumah saya, kenapa tidak sopan begitu” kata Tabroni menirukan perkataan Istrinya.
Dengan sejumlah bantahannya tersebut, Tabroni menggiring opini jika penganiayaan itu tidak terjadi. Untuk memperkuat bantahannya itu, Tabroni juga menunjukkan kepada wartawan beberapa orang yang disebutnya menyaksikan situasi pada saat itu.
“Kebetulan rumah saya sebelum mereka datang, memang sudah ada tamu saya, tiga orang anak muda mau membuat acara tahun baru, dan Pak Siswoyo masyarakat saya berada dirumah untuk mengundang saya yasinan, belum selesai tiga anak muda itu ngobrol, Kiki sudah membuat suasana arogan dan tidak menyenangkan,”cetus Tabroni mengakui suasana cheos itu terjadi.
Sementara itu, Siswoyo yang disebut Tabroni menyaksikan kejadian tersebut mengatakan bahwa ia hendak mengundang yasinan.”Kan mau yasinan mau ngundang pak Kepala Tiyuh, saat saya ada disana saya belum sempat ngomong dengan pak Tabroni, dan memang suasana lagi Hujan. Kemudian datang mobil Keluarga pak Anam, dan beliau menyampaikan untuk mempersilahkan masuk kepada pak Anam,” kata Siswoyo.
Dijelaskannya, saat keluarga Anam datang langsung dipersilahkan kepala Tiyuh duduk diruang tamu.”Saya diteras depan rumah pak Tabroni dan pak Anam belum bicara, Kiki tiba-tiba marah gebrak meja, dan pak kepala tiyuh akhirnya minta tolong ke saya agar panggil Polisi atau petugas karena anak itu tidak sopan,”sambung dia.
Tidak lama kemudian kata Siswoyo, istri Tabroni keluar dari dalam rumah menuju ruang tamu dan marah kepada Kiki. “Jangan begitu kamu, ini rumah saya,”jelas dia mempertegas ungkapan Kristi saat kejadian.
“Saya lapor ke kantor polisi setempat dan memberitahu ada keributan ditempat pak Kepala Tiyuh. Tidak lama kemudian anggota datang, dan Kiki malah menantang tidak takut,” kata Siswoyo yang mengaku menyaksikan adanya keributan.
Siswoyo juga mengaku tahu persis kejadian tersebut, namun tidak menyebutkan bahwa saat penganiayaan terjadi, Tabroni mengunci pintu ruang tamunya terlebih dahulu sehingga korban dan kedua orang tuanya beserta anak korban yang masih berusia 5 tahun tidak bisa keluar rumah dan juga Siswoyo bersama orang lain diluar rumah tidak bisa menyaksikan penganiayaan itu.
“Saya tahu persis kejadiannya karena saya berada diteras posisinya, jadi sangat jelas melihat K mencaci maki. K itu nyerocos saja, anggota polisi yang datang bahkan tidak dikasih kesempatan untuk bicara, kalau K bilang dipukul, saya pastikan tidak ada,” ungkap Siswoyo.
Bahkan, Siswoyo pun mengaku lebih paham persoalan malam itu terjadi karena Khairul Anam dipanggil Tabroni untuk urusan administrasi desa.
“Jadi K itu menantang dan menyerobot aset itu, karena merasa K sudah mengeluarkan duit makanya K itu marah dan tersinggung, karena memang pak Kepalo Tiyuh tidak mau mengeluarkan surat rekomendasi karena jelas itu tanah FU. Sebab K itu pedagang lapak ikan, bergabung dengan bapaknya, dan sudah menempati dua tahunan tanah itu,”kata Siswoyo mengarah pada tanah yang ditempati Khairul Anam.
Sementara itu, Supriati (Ibu Pelapor) yang saat keributan ikut bersama K di rumah Tabroni, saat diwawancarai media menerangkan bahwa dirinya bersama Anam dan K datang kerumah Kepalo Tiyuh karena dipanggil.
“Habis Isya’ saya ikut sama K dan bapaknya, tidak tau kenapa urusannya, saya ke rumah pak lurah, kemudian duduk di ruang tamu, disana membahas masalah tanah. Tanah itu dapat beli oleh anak saya K, memang sudah lama belinya dengan Neneng anak Bu Aok, terus Neneng itu tanahnya dari takim, waktu itu beli harga 7 juta dengan lebar 7 meter dan panjang 15 meter,” kata Supriati.
Menurut Supriati, Tanah tersebut telah bersertifikat dan tanah tersebut hendak diambil cuma-cuma oleh Kepalo tiyuh (Tabroni). “Bangunannya disuruh robohin, kan lagi dibangun belum selesai, katanya tanah itu tanah FU tanah milik negara, akhirnya ada keributan, karena anak saya K merasa tanah itu dapat beli, makanya K mempertahankan haknya,”ucapnya.
Supriati membenarkan adanya peristiwa penganiayaan terhadap anak perempuannya itu.”Waktu itu ada saya juga pintunya dikunci dulu dan itulah ada pemukulan. Disitu ada saya, pak Anam, K, Bu lurah dan pak lurah. Dan Saat K di Visum itu bibir dan muka memar,”jelasnya.
Supriati mengaku, saat kejadian keributan seusai pemukulan terhadap anaknya, Kepalo Tiyuh langsung menyuruh seseorang memanggil anggota kepolisian.”Tapi tidak selesai dan akhirnya K di Visum di Puskesmas setempat, dan kejadian itu sekitar pukul 20.00 Wib,” pungkasnya. (*)